Selasa, 03 Mei 2011
Renungan Kebangsaan: Menggunakan Para Shakuni Untuk Melanggengkan Sebuah Dinasti
(by Triwidodo Djokorahardjo) Dinasti politik sendiri sebenarnya adalah sebuah fenomena universal, baik di negara dengan sistem non-demokrasi maupun demokrasi. Keluarga Saud di Arab Saudi, beberapa keluarga kerajaan di Timur Tengah dan Korea Utara adalah contoh berlangsungnya sebuah dinasti di negara non-demokrasi.
Akan tetapi di negara-negara demokrasi seperti Pakistan, India, Sri Lanka, Bangladesh juga mengenal dinasti politik. Semua orang memiliki hak politik yang sama untuk ikut dan dipilih dalam sistem pemilihan umum. Hanya sekarang ini di Indonesia, baik di Pusat maupun di banyak Daerah muncul fenomena tumbuh suburnya politik dinasti dalam suksesi kepemimpinan.
Semacam paradoks dalam sistem demokrasi, tidak dilarang tetapi kurang etis dan rawan menciptakan oligarki, sebuah hubungan antara penguasa dengan elite-elite di sekelilingnya yang cenderung menyebabkan terjadinya KKN, Korupsi, Kolusi dan Nepotisme....... Power tends to corrupt, absolute power corrupt absolutely...... demikian quotation yang diyakini oleh banyak orang.
Kita juga dapat melihat realita suksesi kepemimpinan kekhalifahan. Kaum Sunni berpendapat bahwa khalifah dipilih berdasarkan musyawarah atau pemungutan suara di antara umat muslim, sedangkan Kaum Syiah berpendapat bahwa Baginda Nabi telah memberikan banyak indikasi yang menunjukan bahwa Ali bin Abi Talib, keponakan sekaligus menantunya, sebagai pengganti diri beliau. Kemudian terjadilah gejolak dalam setiap suksesi kekhalifahan, sehingga setelah Abu Bakar dan Umar, maka khalifah Utsman maupun Ali terbunuh. Setelah kematian Ali, Muawiyah mengambil alih kekuasaan kekhalifahan. Dia kemudian dikenal sebagai pendiri Bani Umayyah, sebuah dinasti. Dibawah kekuasaan Muawiyah, kekhalifahan dijadikan jabatan turun-menurun.
Pada akhir kekuasaan bani Umayyah, pendukung Bani Hasyim dan pendukung Ali bersatu untuk meruntuhkan kekuasaan Umayyah pada tahun 750. Pemimpin kekhalifahan selanjutnya adalah Bani Abbasiyah, sebuah dinasti yang merupakan keturunan dari Abbas bin Abdul-Muththalib. Kita melihat para penguasa dengan segala cara mempunyai keinginan untuk melanggengkan sebuah dinasti walau pada awalnya ditekankan pemilihan berdasar musyawarah.
Para leluhur telah memberikan memberikan contoh agar kita merenungkan tindakan Raja Hastina, Drestarastra yang menggunakan segala cara untuk menjadikan Duryudana, sang putra sebagai raja pengganti dan memojokkan Pandawa yang menurut hukum di masa tersebut sebagai pewaris tahta yang sah, untuk disingkirkan dari pemerintahan. Power tends to corrupt, absolute power corrupt absolutely...... demikian nyang terjadi di negara Hastina.
Awalnya Drestarastra adalah raja yang baik walaupun dirinya buta. Selama masih ada Widura, saudara seayah beda ibu dan Bhisma, putra kakeknya yang memberikan pandangan-pandangan bijak kepadanya, sang raja dapat menjalankan pemerintahan dengan baik. Akan tetapi di dekat sang raja juga ada Shakuni, saudara istrinya yang ambisius dan kebetulan dekat dengan putra-putranya yang cenderung membuat Drestarastra menjadi tidak adil.
Shakuni sangat benci kepada Pandu dan putra-putranya. Dia mengharapkan adiknya Gendari menjadi permaisuri bagi Pandu yang kala itu menjadi raja Hastina, akan tetapi oleh Pandu, Gendari dihadiahkan kepada Drestarastra, saudara Pandu yang buta. Shakuni juga pernah berharap untuk mempersunting Dewi Kunti, tapi kalah saingan dengan Pandu. Pada saat Pandu meninggal dan tahta Hastina dipegang oleh Drestarastra, dia mengadakan tipu muslihat untuk membunuh patih Hastina, Gandamana agar dapat menggantikannya sebagai patih Hastina.
Ternyata Gandamana tidak mati dalam perangkap yang dibuat Shakuni, keluar dari perangkap dia menganiaya Shakuni sampai fisiknya cacat, walaupun demikian Shakuni tetap dipertahankan menjadi patih Hastina. Semestinya sejak ketahuan bahwa Shakuni berbuat tipu muslihat yang jahat kepada Patih Gandamana, Drestarata tidak lagi mempercayai Shakuni. Akan tetapi Shakuni adalah saudara istrinya dan paman yang dekat dari putra-putranya, maka seakan-akan kejahatan Shakuni dibiarkannya saja. Drestarastra tidak mempertimbangkan track record Shakuni yang cacat.
Drestarastra juga paham kala Shakuni dan putra-putranya sedang menjebak Pandawa agar menginap di istana yang terbuat dari kayu yang terletak di tengah hutan. Dia bahkan diam saja saat istana tersebut terbakar dan bahkan ada rasa kekecewaan mendengar Pandawa akhirnya selamat. Bahkan saat dia tahu Widura ikut berpartisipasi dalam penyelamatan Pandawa, terjadilah ketegangan di antara mereka. Dalam pengaruh Shakuni, Drestarastra bahkan pada suatu kali sampai mengeluarkan kata-kata yang menyinggung Widura, sehingga Widura meninggalkan istana. Yang kemudian terjadi bukan hanya Drestarastra dipengaruhi oleh Shakuni, akan tetapi Drestarastra bahkan menggunakan Shakuni untuk melanggengkan dinastinya.
Pada saat Sri Krishna sedang menghadapi penyerbuan musuh-musuhnya di Dwarawati, kesempatan emas ini dimanfaatkan Shakuni untuk mengajak Pandawa bermain dadu. Yudistira kaget saat mengetahui lawan main dadunya bukan Duryudana, sulung Korawa, akan tetapi Shakuni. Bagaimana pun semuanya memang harus terjadi, Yudistira tidak dapat mengendalikan keinginannya untuk menang dalam bermain dadu sehingga Pandawa kalah, Drupadi istri Pandawa dipermalukan dan mereka dibuang ke hutan selama 13 tahun. Dan selama 13 tahun tersebut Shakuni bersama-sama Korawa menikmati kekuasaan dan mempersiapkan pemusnahan Pandawa untuk selama-lamanya untuk melanggengkan kekuasaan mereka.
Kita memang dapat berpikir dan membuat logis apa pun tindakan kita, akan tetapi manusia seharusnya dapat mengendalikan pemikirannya. Dalam buku “Think In These Things, Hal Hal Yang Mesti Dipikirkan Seorang Anak Bangsa”, Bapak Anand Krishna menyampaikan....... Pikiran memang bukanlah monopoli manusia saja, sebagaimana kita memahaminya selama ini.
Hewan-hewan lain pun berpikir. Mereka pun memiliki, apa yang disebut, “mind” – gugusan pikiran. Manusia berpikir, hewan-hewan lain pun berpikir. Lalu, apa yang membedakan manusia dari hewan-hewan lain? Manusia dapat mengendalikan pikirannya. la dapat mengatur pikirannya.
Hewan-hewan tidak bisa. Mereka sepenuhnya dikendalikan oleh pikiran. Pikiranlah yang mengatur hidup mereka. Maka, seorang manusia yang tidak mampu mengendalikan pikirannya; seseorang yang tidak bisa mengatur mind-nya – tidak lebih baik dari hewan-hewan. Kebetulan saja ia berbusanakan badan manusia. Think on These Things – karena kita manusia. Karena kita mampu berpikir, mampu mengendalikan pikiran. Mampu mengolahnya dengan baik, mampu mengarahkannya secara baik. Barangkali Anda bertanya: "Yang disebut baik itu apa?" Sesuatu yang baik bagi diri saya, tetapi juga tidak mencelakakan orang lain – itulah Kebaikan. Mind yang senantiasa memikirkan kebaikan sesama adalah Mind yang baik – adalah Mind Manusia.......
Power tends to corrupt.
Hasrat yang selalu terpenuhi membuat orang semakin serakah. Seorang raja Drestarastra yang awalnya baik telah membiarkan putra-putranya bersama Shakuni melakukan kejahatan kepada Pandawa yang berada di pihak yang benar. Asal sang putra dapat menjadi raja pengganti dirinya, hal-hal yang tidak baik yang terjadi di tengah masyarakat dibiarkannya. Kebanyakan kroni sang raja pasti mencontoh tindakan sang raja, mereka ikut menggunakan segala cara untuk mencapai hasratnya. Dan adharma semakin merajalela.....
Shakuni adalah tipe orang yang menghalalkan segala cara untuk memenuhi hasratnya. Dan begitu dia mendapat posisi tinggi, dia akan semakin kuat dan membuat ketidakadilan semakin merajalela. Dan tipe-tipe Shakuni tersebut nampaknya berkembang biak dengan pesat, baik di pusat maupun di daerah-daerah, di setiap jenjang eksekutif, legislatif maupun yudikatif, bahkan di tengah-tengah masyarakat.
Ingat tentang para Shakuni dan kaum Korawa, kita diingatkan tentang perlakuan tidak adil bagi Pak Anand Krishna yang dituduh melakukan tindakan pelecehan seksual. Tuduhan tersebut belum terbukti dan bahkan selama lebih dari 5 bulan sidang hanya terkait dengan 10% masalah utama tersebut. Sisanya berupa penghakiman pandangan pak Anand Krishna yang sebenarnya telah ditulis dalam 140-an buku yang dijual bebas di luar tanpa masalah. Lihat http://freeanandkrishna.com/
Semoga bangsa ini cepat sadar, dan selalu waspada terhadap para Shakuni yang selalu bergentayangan membuat adharma merajalela.......
http://www.facebook.com/notes/triwidodo-djokorahardjo/renungan-kebangsaan-menggunakan-para-shakuni-untuk-melanggengkan-sebuah-dinasti/10150165999827596
0 komentar:
Posting Komentar